Kamis, 30 Desember 2021

Yang tak usai meski Desember


Assalamualaikum gais.. selamat datang kembali di tanah air bumi ku, blog ku yang masih ada meski antara ada dan tiada. Tau dong dua bulan terakhir ini viral banget series Layangan Putus, yang konon diangkat dari kisah nyata, tapi memang banyak perbedaan dengan di filmnya, biasa namanya film pasti la sedikit banyak dilebihin dan dikurangin untuk kepentingan komersil. Sedih, iya lah pasti. Dan kali ini imajinasi bebas ku terinsipirasi untuk membuat tulisan bebas dari cerita itu. Singkat cerita, yang namanya rencana kadang cuma rencana kalau gak diseriusin dong, begitulah aku ahahah. Hingga seminggu menjelang akhir Desember aku bener bener ngalamin yang galau gak jelas gitu Gais, jadi ya bener temen temen, inspirasi berpuisi atau bersajak itu sangat manjur banget di saat galau, dan jadilah sajak akhir Desember ku ini. Enjoy and tengkiu.

Galau : Yang tak usai meski Desember usai.

Sudah ku terima lava dari hatimu
Saat kepalaku sedang berkemas
Menghadapi malam malam peralihan musim hujan
Terang bulan berguguran jatuh satu per satu
Ke dalam kantung kesedihan 
Sesekali kau hempas debu dingin pada helai rinduku
Semakin pudar saja, bisikmu
Dan aku tersenyum memandangi musim kembang pada matamu, pada hatimu.

Waktu adalah jet pesawat, melesat cepat
Dari bumi ke langit, ke negeri awan.
Pada panjang asap putih yang ditinggal nya,
Ingatlah juga jarak antara kau dan aku
Antara kuncup merekah dan daun menguning
Antara panas cemburu dan dingin nya ketidakpedulian

Tapi kau pilih bahagia lain, seperti ; musim hujan dan hangat jaket
Tempat kesedihan mu berebut tempat dan bertukar salam
Kau padamkan lilin penghangat yang semakin leleh
Kau nyanyikan lullaby dan bergegas menutup semua
Untuk tak terlihat lagi, olehku.


Sadly, Linbud.
30 Desember 2021 / 23:41 WIB

Rabu, 27 Oktober 2021

Dan lagi

Melihatmu terus hadir dalam mimpiku
Adalah kesadaran ku mengakui
Bahwa ada yang tidak pernah selesai
Senyum dan tanpa kata menghampiri
Pergi setelah menciptakan bahagia ku

Kita berpisah di persimpangan
Kamu menuju langit mu
Aku menghadapi lautan ku
Melawan sunyi
Melempar ketakutan
Menghalau cemoohan
Menghindari serangan

Lalu sayup ku dengar syair Bilal
Bukan main gemuruh suka cita dadaku
Tapi aral tak kan membiarkan ku
Ah, seperti mimpi pun tak suka aku bersedih
Dan memang mimpi. Terbangun lagi..

-Linbud- 28/10/21 03.15 a.m

Selasa, 19 Oktober 2021

Terbangun

Kalau aku terbangun
Dan ku lihat tanda kehadiran mu
Suka ku bayangkan dua orang bocah
Bahagia tanpa beban berlarian di bawah guyur hujan
Kesana kemari tanpa takut apa apa dan siapa siapa

Kalau aku terbangun
Di menit yang sama ku lihat kepergian mu
Suram ku bayangkan hujan lebat
Angin kencang, petir berkilatan, Guntur bergelegar 
Membunuh nyali apa apa dan siapa siapa

-Linbud-
19/10/21 01.00 a.m

Senin, 27 September 2021

Sajak Malam

Betapa damainya malam
Gumam dedaunan sambil berayun lembut
Menyeimbangkan diri untuk bertahan dari permainan angin yang lembut.
Bulan dan bintang berpandangan
Lalu tersenyum di jauhkan

Betapa damainya dalam dada
Gumam sebaris pertanyaan sambil terengah
Sehabis mengelilingi kepala, berzigzag menghindari 
Benturan dengan pertanyaan lainnya.
Penuh sudah baris baris bingung, helai helai luka.

Apa tanyamu, sapa dedaunan
Sebaris pertanyaan itupun limbung
Dilupanya segala tanya dan harap
Karena pertanyaan dari sesuatu yang menjadi pertanyaan nya. 

Note : Anggap saja dedaunan itu kamu yg sedang tidak baik baik saja tapi terus berusaha baik baik saja. 

Rabu, 11 Agustus 2021

Sesak hati

Dan selalu si sesak itu berkemas
Aku tau seperti biasa, kali ini
Akan berangkat sebelum fajar
Selalu ada bekas luka dihati walau telah berlalu
Malam terbahak, begitu konyol caranya datang dan pergi
"Adakah air mata menyakitimu? Adakah amarah menginjak injak kepalamu" malam terus bertanya ingin tau. Tapi sesak diam saja
Diantara Hela panjang dan istighfar.

Serapah terpendam

Kau sangat kuat dan kuasa, iya
Untuk bicara dan memutuskan, membuatnya memilih
Tak lagi berada di tempat tidak penuh kenangan. Seperti biasa
Aku bukan tak bisa apa apa
Kau saja paling tahu alasan alasanku
Rintih dan luka ku. Kubayakngkan jutaan nafas
Sesaknya kesedihan menjadi angin badai. Menerjang
Kebodohan dan segala kepalsuan
Bersama kebencian menjelma racun
Tapi engkau si penawar, menjadikanku
Kembali bersuka cita, bahagia dan melupakan duka.


Minggu, 14 Februari 2021

Homini Sensitivo


Sungguh tak dapat dinafikan, bahwa manusia dengan manusia lainnya itu saling membutuhkan, sudah jadi teori umum yang kita pelajari sejak SD. Satu hal yang tidak kita pelajari di bangku sekolah tapi kita akan ketahui saat kita semakin dewasa dan memahami sendiri, apakah itu?
Ya benar, bahwa manusia adalah makhluk yang sensitif terhadap apa yang terjadi dengan manusia lain nya. Ada saja reaksi orang orang terhadap sesuatu yang terjadi pada orang lain. Tentu saja dari reaksi itu ada yang positif dan ada yang negatif, ada yang mendukung ada yang menolak, ada yang iya dan ada yang tidak, ada yang sekedar cukup tau dan ada yang ingin lebih dalam tau, ada yang memeluk dan memukul, ada yang menenangkan adapula yang menambah beban. Sudah seperti reaksi asam dan basa ya ahahahaha, begitulah.
Pada waktunya nanti, kita akan menjadi orang yang menerima berbagai reaksi itu. Ketahuilah, hanya yang tulus saja yang mengerti kita, memahami kita, memeluk kita, menenangkan kita tanpa menghakimi. Bersyukur lah, kita masih memiliki nya.
Pada waktunya pula nanti, kita akan menjadi orang yang memberi reaksi. Percayalah, apapun yang kita anggap salah, tentu semua tidak serta Merta salah, apalagi kita sebagai orang yang bukan menjalani nya.
Banyak kemungkinan kemungkinan yang tidak kita ketahui, hanya saja si pelaku kehidupan tahu betul bagaimana menghadapi apa apa yang sedang dilaluinya, tanpa harus membuktikan ini dan itu atas anggapan kita, tanpa harus sindir ini sindir itu di media sosial.
Biarlah, mungkin luka telah dihadapinya, beri kepercayaan padanya bahwa ia bisa membentuk dirinya karna luka nya. Atau mungkin bahagia pernah dirasakannya, bukan kah syukur manusia juga berbeda beda?
Pada akhirnya, selama tidak merugikan kita dan orang banyak, maka tugas kita adalah merengkuh nya untuk lukanya, atau jika tak bisa tak mengapa, jangan pula menambah luka nya. Salam baik. Linbud

Jumat, 12 Februari 2021

Tentang rindu, dan yang tak lagi sama.

                                          


Aku menghirup wangi puisi, teriak elang
Begitu cepat ia berlalu melewati lintasan
Udara yang terjal oleh gumpal awan
Setelah jauk meliuk liuk tersesat di pematang
Berpuluh orang-orangan yang mengusir Pipit dan kaleng kaleng berisik

Aku menghirup wangi puisi, sayup angin
Yang risau menentukan kata bertujuan
Menjadi kincir, memutar mutar diri dan keputusan dan kegaduhan dan manusia

Aku menghirup wangi puisi, bisik puisi
Diantara gigil dan kerinduan dan demam, meracau dimanakah kiranya titik temu,
tempat peradaban cerita tawa dan peluk kita.
Tapi hangat mentari tak lagi sama. 🍂


Tulisan kecil tentang literasi

Saya jujur, adalah orang yg tiap kali ditanya apa hobinya, saya suka membaca dan menulis. Dari sejak kecil. Bukan bermaksud sok oke dan sok ...