Rabu, 06 Maret 2019

Sisi Lain

Gambar : Kompasiana





Setiap kita punya sisi yang tidak cukup satu untuk menggambar indahnya menjadi kita. Seperti hitam dan putih, seperti celana dan baju, seperti langit dan awan, seperti gunung dan laut, seperti baik dan buruk, seperti aku dan (oyoyoyo my gosh.. :D). Masing masing punya peran untuk mengindahkan dan memberi warna, meskipun itu hitam.
Pun begitu dalam diri kita, ada titik jenuh kalau hanya satu. Kita diam, pendiam, terus diam, diam saja, diam lagi. Pada akhirnya, kita mati diabaikan karena satu satunya yg kita punya memaksa orang lain untuk mengabaikan. Kita Pejahat, jahat saja, jahat lagi, jahat kembali, jahat terus, kita batu yang keberadaannya untuk menyakiti, menghancurkan yang tidak sekeras drinya, atau sedikit kita beri baginya manfaat, untuk alas pondasi yang ujungnya untuk dipijak-pijak. Menyedihkan. Atau kita putih, putih saja dan terus putih, kita adalah hal hal pucat tanpa warna yang membosankan. Kita burung tercantik yang hidup dalam sangkar tanpa pengalaman, mati oleh kenyang kesenangan. 
Segala sesuatu menjadi bijak jika ia dilihat dari tidak satu sisi saja. Sebenarnya ini Mukaddimah yang terlalu panjang, saya hanya ingin bilang bahawa siapapun bisa jadi tidak sebaik yang kita kira. orang orang hanya sedang menunjukkan warna lain mereka. Tugas kita menerima, menghargai, dan hanya sedikit ruang bagi kita untuk sekedar mengingatkan jika itu salah. Terakhir, Bahwa setiap kita punya sisi lain, baik ataukah buruk, dan ini adalah sisi terburuk; jatuh sayang dan kamu tidak bisa terima ketika orang lain juga bisa jatuh sayang pada yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan kecil tentang literasi

Saya jujur, adalah orang yg tiap kali ditanya apa hobinya, saya suka membaca dan menulis. Dari sejak kecil. Bukan bermaksud sok oke dan sok ...