Minggu, 29 Mei 2016

Being the Happiness or..?

Source : Weheartit



Kehidupan penuh dengan makhluk makhluk yang ironi. Seperti yang menyayangi siapa yang disayangi siapa. 

Jadi ceritanya, chaca (7) adik saya sedang asyik main game Bush Rush di rumah bersama teman teman yang mengelilinginya sebut saja mereka sherin (6) bunga (6) sani (5) rahmi (3) lidya (6) dan putri (3) tentu saja pakai android saya yang populer cina nya itu. 

Singkat cerita, rahmi ini tidak dapat melihat aktifitas tangan chaca yang sedari tadi mengeser sana sini bocah dalam android yang konon dalam usaha mengumpulkan koin karena terhalang kepala lidya dan putri. 

"Ih gak nampak lah aku.. Kak sani ini loh lidya sama putri" 

Rahmi dengan mulut ekpresi o mengadu pada sani dengan sedikit gerakan manja minta dipangku. Namun sayang sani yang masih di level sama dengan rahmi rasa njowo nya ini malah kesusahan antara ingin melihat game dengan jelas atau mangku rahmi dengan akibat gak bisa lihat.

" Ih awaslah.. Gak keliatan loh.." 

Sani berujar sambil menatap Rahmi dengan perasaan bersalah. Melihat hal ini, Bunga yang sayang pada Rahmi menawarkan diri untuk memangku. 

"Sini rahmi sama kakak aja"

Tulus bunga mengulurkan tangan namun rahmi mengabaikan malah terus menatap tajam bunga sambil berkata 

"Kak sani"

Rahmi berusaha meminta perlindungan sani yang barangkalu dari kejahatan Bunga yang entah mana. Melihat insiden ini, sherin yang ceriwis ini berkata.
 
"Ih disayang kok kayak gitu" 
<e n d>

Begitulah, semoga kita dimudahkan Allah dari saat saat sulit harus memilih siapa, yang menyayangi atau yang disayangi. Ini sama seperti memilih menjadi kebahagiaan untuk seseorang atau mencari kebahagiaan dari seseorang. Choose wisely.

Jumat, 27 Mei 2016

Jika Mereka Belajar Egois




Hati dan otak itu seperti suami istri. Sama sama saling meninggalkan jika satu sama lain pergi sendirian.
Kadang kita meyakinkan diri bahwa menjadi pegiat otak adalah sebenar benar nya benar padahal saat itu pula perasaan kita meronta, berdarah darah seakan akan kau kurus dan kucel dimakan peperangan penghuni dada dan kepalamu.
Atau kita terlalu memanjakan perasaan perasaan hingga kita lupa ada logika yang semestinya kita genggam. Do we remember? Sometimes following the heart means losing the mind.
Semoga kita dapat mendamaikan kembali suami istri yang sedang belajar egois itu.

Senin, 16 Mei 2016

Kepala yang jalan raya



Hari hari luang namun tidak dengan kepala kita. Mereka seperti jalan hitam ibu ku menyebutkan jalan raya, yang riuh tapi tidak ada kemacetan. Terus laju dan berganti segala kendaraan yang kita sebut niat. Kita jangan begitu bukan? Kita butuh apa? Paku, granat, ranjau, polisi biar bisa berhenti biar sepi. Biar niat niat bisa direalisasi.

Tulisan kecil tentang literasi

Saya jujur, adalah orang yg tiap kali ditanya apa hobinya, saya suka membaca dan menulis. Dari sejak kecil. Bukan bermaksud sok oke dan sok ...