Minggu, 30 Agustus 2015

Membunuh penuh kasih



Disebuah negeri imajinasi ku dengar ribut ribut. Rupanya botol miras sedang tersedu sedu  mengadu pada apartemen sofa dan dompet. Ia menangisi manusia yg mencintainya. Ia dipisah paksa oleh yang tidak merestui hubungan mereka.
Sudahlah miras jangan ditangisi. Mungkin kau benar benar tidak baik untuk manusia itu. Sudahlah jangan memaksakan diri untuk bertahan di rak rak dan kulkas yang tidak rela kau tumpangi. Coba lihat jonder itu, dia begitu bergairah mencintaimu. Kepadamu dia saja yang penuh kasih, untuk membunuhmu.

Aku kupu



Engkau seperti daun daun kuning belimbing yang rontok di diterpa angin jatuh pasrah dilatar fikiran ku.
Akupun risau kalau kalau panas dan gadis membawa sapu lidi mengajak mu pergi, jauh ke negeri daun daun kembang kembang dan segala hal berbaur.
Pada akhirnya aku lengang dari warnamu. Hujan pun datang, aku  bahagia dihiburnya. Tapi aku kesal mengapa setiap yang datang itu selalu sesudah ada yang pergi. Tertanda kupumu.

Jumat, 21 Agustus 2015

Perkara perasaan



Beberapa anugerah memang begitu, menyesakkan. Iya sayang, rasanya seperti ada banyak batu yang hendak keluar dari dada ini. Ada jutaan liter air yang hendak tumpah. Semoga kita sanggup sedikit bersabar menghadapinya, walau dengan beberapa kuat yang pura pura.

Kertas




Bahasaku adalah tulisan. Kalau kau temui aku dalam pembicaraan sungguh aku takut berbuat kesalahan. Takut kehilangan. Beri aku kekuatan. Mikrofon itu datang memeluk.

Selasa, 18 Agustus 2015

Lapar

Mengais ngais jati diri di lubang waktu. Yang kutemui hanyalah keplinplanan dan orang lain. Bagaimana aku yang papa ini dapat bertahan menunggu merah senja atau bahkan sampai purnama. Hari ini tak kutemui sebungkus, tidak sesuap. Aku lapar.

Tulisan kecil tentang literasi

Saya jujur, adalah orang yg tiap kali ditanya apa hobinya, saya suka membaca dan menulis. Dari sejak kecil. Bukan bermaksud sok oke dan sok ...