Tak
sedikit orang-orang mengharapkan kedatangannya. Berharap hidayah menghamprinya,
mebawanya pada kehidupan yang lebih religius. Tak sedikit pula orang yang salah
mengartikan hidayah. Mengantarkan mereka pada titik ” kekurang-ajaran” pada
Tuhan Yang Esa, Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Benar! Jika hidayah dianggap mutlak
dari Tuhan, Tapi harus dicatat Hidayah menghampiri orang yang memburunya. Dan
pun hidayah sejatinya tak kan mendekat pada siapa-siapa yang hanya
menunggu. Setelah ini, jangan lagi deh mengatakan :
“
belum dikasih jatah hidayah”
“
belum ada panggilan”
“
salah tuhan, kenapa saya diberi kemampuan bergoyang ”
“
salah tuhan, kenapa saya diberi badan bagus “
Bla..
blaa.. blaa..
Jika
kita merasa belum baik, sesuai standard agama. Maka itu adalah salah kita yang
tak mencari hidayah. Bukan salah Tuhan yang tak memberi hidayah. Ngomongin
hidayah, pernahkah kita berfikir apa yang dilakukan para mu’allaf sebelum
keislamannya???????????????
Hmmmm..
sepertinya kita harus bilang waoww hehehehe…… kenapa? Karena hampir seluruh
dari mereka itu memang mencari, jatuh dan terus bangun hingga akhirnya
menemukan kotak berisi hidayah. Saya berfikir, jika hal serupa yang melakukan
adalah kita yang islamnya berdasarkan keturunan. Huuuw.. dahsyat mungkin, shalat
kita tidak lagi di level “ gugur kewajiban” , sedekah tak lagi berfikir dua
kali, berhijab tak lagi dibulan puasa saja.
Saya
tidak mengatakan islam keturunan itu buruk,namun baik sekali rasanya jika kita
melihat dan banyak belajar dari mereka para mu’allaf yang usia keislamannya
baru sedikit tapi kualitas ibadahnya kita kalah jauh. Hayuk kita bongkar
sama-sama kebiasaan kurang baik kita yang terkesan ikut-ikutan tanpa tahu
ilmunya di semua bidang kehidupan, supaya ibadah, muamalah, syariah kita lebih
dari sekedar mengharap pahala tapi terus menanjak ke level ikhlas dan mengharap
ridho-Nya. Dan sangat perlu dicatat, saya bukan penemu hidayah, saya masih
mencari dan saya tidak ingin sendirian hehehehe . Fastabikuul-khoiraat!!!!
Pasir
pengaraian, 29 september 2012