Jumat, 03 Juni 2016

Sejarah sehari itu



Kita pernah begitu bersemangat lalu dengan tiba tiba buntu seperti terjebak dalam sebuah kardus paketan yang penuh dengan balutan solasi. Semacam kita hanya bisa gladak gluduk di dalamnya tanpa ada yang bisa menolong. Ah lebaiii...
Baiklah, jadi begini konco sebulan lalu saya mengetahui dari akun fb saya perihal informasi lomba menulis puisi dengan tema Pesona Kotaku, terlintaslah dalam kepala saya untuk ikutan iseng siapa tau berjodoh. Hari itu memang saya semangat bertubi tubi lalu mendadak ada gangguan teknis di rumah, terhenti perjalanan menulis puisi saya. Hingga akhirnya saya kehilangan ide yang tadinya numpuk dan penuh semangat itu. Jadi inilah dia puisi yang kehilangan separuh keparipurnaannya itu ditulis oleh perempuan yang separuh pula, Linbud.

*Ada Seribu Suluk*

Ada sebuah kota, janda dari kota yang tua

Kering hujan kemarau basah terus semilih

Perpisahan menggairahkan nasib 

Untuk berdiri hingga menjelma dipuji


Ada sebuah kota, damai dalam cinta berhektar hijau haru biru

Ricik Aek Matua tempat ribuan jiwa tumpah menjadi titik titik

Bahagia dipuncak hari hari putih dan waktu luang


Ada sebuah kota ramai dengan melodi

Sepuh waktu dum-tak gendang kulit

Ditabuh menggema ke segala latar sakral

Perayaan mengiring kain melayu mendayu 

Ditiup decak kagum dan tepuk tangan

Tulisan kecil tentang literasi

Saya jujur, adalah orang yg tiap kali ditanya apa hobinya, saya suka membaca dan menulis. Dari sejak kecil. Bukan bermaksud sok oke dan sok ...